Friday, December 2, 2011

Beautiful Derawan

Pulau Derawan sejauh mata memandang
Hehehe, as usual saya selalu bikin laporan perjalanan yang udah basi. Kali ini tentang Pulau Derawan. Tadinya agak2 males sih nulisnya coz actually saya cuman beberapa jam saja di pulau itu, hahaha, kayaknya norak kan kalo akhirnya saya bahkan harus bikin postingan soal itu *halaaah biasanya juga bangga kalo norak*. Tapi saya sudah terlanjur janji sama beberapa teman, yang payahnya saya inget cuman satu: Ririn Menara Miring *nama yang sangat karakteristik kan, orangnya juga :p*. Ririn itu adik angkatan di Mapala jaman kampus kemaren *jiaaah kemaren!* dan dia penggemar penyu. Tesisnya waktu penerimaan jadi anggota penuh Mapala aja nengokin penyu di daerah Ujung Genteng, Sukabumi. Nah, pulau Derawan ini juga jadi salah satu tempat penyu  bertelur atau sekedar ngaso2 sebentar *kecapekan berenang kali yak*, jadilah si Ririn mupeeeeeng.... banget pengen ke pulau ini, hehehe, dan mungkin berpikir sebelum kesana ada bagusnya juga baca review orang norak macam saya, hahaha!

First, meski saya nyasar dan akhirnya nyangkut di Samarinda, Kalimantan Timur, udah sejak .... *mengingat2* OMG! Udah sembilan tahun saya disini!!!...dan saya belum pernah ke pulau Derawan! Kasihan, betapa life menggerus jiwa travelling gila2an saya *halaaah* :D. Sekalinya kesana juga cuman 3-4 jam dan saya dipaksa untuk membuat laporan yang detail, hahaha, Rin, siap2 aja dengan kalimat nggak bermutu seperti “Katanya sih....”.

Yah, meski life perlahan2 menggerus jiwa travelling saya, tapi betapa life juga akhirnya yang mengantarkan saya ke pulau Derawan. Well, kids lagi liburan di tempat mbah uti dan kakungnya di Bekasi, sementara hubby bersama sobatnya, Bimo seorang pemuja model, dapat tugas ke wilayah Berau. Lha saya ngapain di rumah sendirian? Pikir punya pikir, mendingan ikut hubby aja kan, sekalian honeymoon, hehehe. Selesai tugas nggak taunya orang perusahaan tempat mereka bertugas mau ngadain rapat internal di pulau Derawan. Jadilah kami sebagai orang2 udik memohon2 pengen ikut, hahaha! Malu2in, tapi biasanya orang2 norak kayak kita kan nggak tahu malu, dan biasanya orang yang nggak tahu malu itu beruntung! Jadi begitulah sodara2... :D

Now let’s see some usefull directions how to get there. Oke, untuk kalian yang ada di Jakarta dan sekitarnya, pertama yang harus kamu lakukan adalah survey pesawat murah Jakarta-Balikpapan di internet. Jadwalkan perjalanan sesuai harga tiket. Biasanya murah pas special event selesai, coba hunting dari sekarang untuk periode terbang abis lebaran, temen saya dapet cuman 200 ribuan! Nah, kalo kamu nggak sabaran pengen langsung ke Derawan, survey juga tiket Balikpapan-Tanjung Redeb, pesawat nasional yang kesana cuman Batavia & Sriwijaya. Ada juga pesawat lokal Kalstar, tapi biasanya harganya lebih mahal dari pesawat nasional, lagian cari tiketnya juga nggak bisa via online, meski di bandara Balikpapan bisa langsung cari.

Itu kalau kamu pengen cepet, nah kalau yang kamu pengen itu feel dari perjalanannya, hehehe, ya saya saranin via darat ajah. Jadi dari Balikpapan kamu naik bis ke Samarinda dulu, sekalian nengok2 kakakmu yang norak inilah, terus naik bis lagi ke Berausekitar 16 jam *udah sama istirahat2nya tuh*. Harganya juga nggak bakalan nyampe 100 ribu. Dijamin seru dan lumayan buat hunting foto.

Nah, nyampe di Berau di terminal kota Tanjung Redeb, kamu cari aja mobil2 travel yang bisa anter ke arah Tanjung Batu, setau saya nggak ada bis ke arah sana. Tanya2 aja, poin nanya2 ini juga salah satu nikmatnya perjalanan lho, hehehe. Soalnya kemaren saya dan dua bodyguard diantar langsung pakai mobil pribadi sih, jadi nggak tau situasi di terminal. Penduduk Beraunya aja banyak yang nggak tau. Pemerintah daerah katanya sih peduli soal parawisata, apalagi ada slogan Visit East Kalimantan 2011 dikeluarin oleh Gubernur, tapi nyatanya masalah angkutan darat aja nggak beres. Mungkin wisata yang mereka maksud cuman untuk orang2 kaya banyak duit macam saya dan bule2 itu kali yah, hahaha!

Sebenarnya di Tanjung Redeb ada juga sih pelabuhan kecil tempat mangkal speedboat2 yang bisa antar langsung ke pulau Derawan. Tapi ya itu tadi: MAHAL! Sewanya sekali angkut bisa satu jetian. Ini sih berlaku cuman untuk bule2 dan anggota dewan kali ya, hehehe. Bahkan borjuis macam saya pun merasa sayang buang2 duit sebanyak itu untuk model travelling manja begitu *halaaah!*.

Atau kalau mau nginap dulu di Tanjung Redeb juga nggak ada ruginya. Kelas hotelnya mulai dari bintang tiga sampai kelas melati. Paling murah ada tuh namanya Hotel Herlina, namanya aja hotel, tapi suer itu sih losmen namanya, hehehe. Saya lupa itu losmen di jalan apa, tapi karena itu penginapan sudah tua banget umurnya, supir2 angkot bahkan mungkin semua orang Berau tahu lokasinya. Pokoknya hanya masuk gang dari jalan utama Sudirman. Bangunannya didominasi kayu dan dikelilingi tanaman rindang juga bunga2. Asri. Harganya semalam nggak nyampe 100 ribu. Kamar mandi memang di luar, tapi lumayan banyak dan bersih kok. Kamar nggak ada AC tapi ada kipas angin. Untuk urusan makan bisa di ruang makan losmen, atau mau wisata kuliner di luar juga asyik. Untuk sarapan ada nasi kuning yang enak di daerah tepian *maksudnya tepian sungai*, dekat dermaga penyeberangan. Cotto Makassar yang lezat ada di depan Hotel Sederhana, tinggal jalan sedikit saja kok dari Hotel Herlina. Hidangan laut tersebar di sepanjang jalan utama Sudirman. Tapi kalau mau coba sup asparagus dan aneka masakan kepiting, enaknya ya di restoran, salah satunya Restoran Ponti. Jangan lupa sedia duit banyak kalau kesini, hehehe.


Oya kota Tanjung Redeb itu dibelah dua sungai besar, ada sungai Segah dan sungai Kelay. Jadi ada daerah tepian sungai yang dijadikan lokasi wisata kuliner oleh pemerintah, yah semacam pantai Losari di Makassar sana. Kalau dari Hotel Herlina bisa pakai angkot, bisa juga jalan kaki. Tanya aja arah ke tepian kemana. Wisata kuliner di tepian ini rame pas sore hari sampai malam. Banyak rupa makanan dan minuman, tinggal pilih.
Wisata kuliner di tepian Sungai Segah

Selain wisata kuliner, Berau juga punya wisata sejarah. Ada Museum Batiwakkal di jalan Gunung Tabur. Di sini banyak tersedia informasi kerajaan2 Berau jaman dulu, salah satunya Kerajaan Gunung Tabur. Buka hanya di hari libur, sekitar jam sepuluh sampai jam dua siang. Guidenya langsung dari keturunan kerajaan yang tinggal di rumah besar di sebelah museum. Menuju kesini harus menyeberang dulu dari tepian. Berlokasi paling pojok, ada dermaga kecil tempat perahu2 klotok bersedia mengantar kalian menyeberang dengan tarif mirip ojek motor. Kalau cuman ke Gunung Tabur tarifnya hanya 4 ribu. Ada juga Museum Sembakung yang menuju kesana juga pakai perahu klotok dengan tarif nggak nyampe 20 ribu. Katanya sih ada bangkai buaya besar yang dipamerkan di halamannya. Karena buaya itu sering memangsa manusia akhirnya ditangkap dan diairkeraskan.


Oke, kembali ke soal Derawan. Selain speedboat yang harganya muahal, ternyata ada juga perahu klotok yang bersedia nganterin ke pulau Derawan! Widih... kayaknya seru sih, ngebayangin perjalanan menyusuri sungai, yang membelah hutan Berau. Katanya sih kalau beruntung kamu bisa lihat kera Bekantan *itu lho yang jadi simbolnya Dufan* nangkring di pohon2 sepanjang sungai. Perjalanannya sekitar tujuh jam. Lama yak. Kalau saya sih mendingan via darat saja, ke Tanjung Batu dulu, karena well, faktanya saya nggak bisa berenang dan perahu klotok itu kecil, gampang goyang2, yang ada selama tujuh jam bisa2 saya tegang pegangan terus sama perahu, meski saya bisa pura2 kelihatan santai, hahaha! Itu baru sungai, belum mengarungi laut menuju pulau Derawan yang kalian tahu kan arus ombak kadang nggak bisa ditebak?

Jadi mendingan via Tanjung Batu saja. Perjalanan darat Tanjung Redeb-Tanjung Batu bisa dicapai 3-4 jam. Jalannya bagus kok, pemandangannya juga oke. Menyeberang ke Derawan bisa pakai speedboat dengan tarif 400 ribu PP. Yah, prinsip saya dalam travelling, ada saatnya sok miskin, tapi ada juga saatnya sok borju. Itulah namanya liburan, tujuannya supaya bisa menikmati kan? Bukan menderita hehehe.

Nah, sesampai di Tanjung Batu langsung ke pelabuhan kecil yang surprisenya, nggak ada toiletnya! Bahkan di warung makan sekitar situ juga nggak ada. Bingung deh, cewek2 penjaga warung itu kalo pipis dimana ya? Asal jongkok aja gitu kali ya? Hehehe. Pokoknya waktu itu saya sih nggak menyerah, hunting toilet sama hubby. Akhirnya nemu sih di Pusat Pelatihan Olahraga Nusa Bahari, tempatnya udah reyot tapi lumayan memadailah, karena di dalamnya ternyata ada mess buat atlet2 Sailing, dan kalian paham kan dimana ada mess disitu pasti ada toilet! Hehehe, mayan bersih dan ada dua lagi!
Windsurfing di Tanjung Batu

Eh, hampir lupa. Di Pusat Pelatihan Olahraga Nusa Bahari itu ternyata kita bisa juga ikutan windsurfing atau bahkan sailing. Udah pasti nyewa perahu layarnya, dan ini khusus untuk yang udah bisa aja lho ya. Tapi mungkin ada aja kali atlet2 cowok di situ yang bisa digombalin dan bisa minta diajarin sailing? Hihihi. Tapi biar keren bawaannya *Sailing, bo!* mereka kayaknya pemalu2 gitu, jadi mesti kamunya yang agresip, Rin! Nggak usah diajarin kan caranya, hahaha!


Sebelum nyeberang ke Derawan, bagusnya makan2 dulu kali ya? Menu ikan laut bakar yang dijamin enak ada di Cafe Pantai. Namanya aja kok cafe, wujudnya sih warung biasa, hehehe. Ada baliho biru gede dipasang di atas warung, jadi kamu pasti gampang nemuinnya. Pilihan ikannya lumayan, ada baronang, ikan putih, kakap, kerapu, bawal, trekulu. Katanya sih yang paling enak dan harganya mahal di pasaran itu ya ikan kerapu dan trekulu. Tapi saya sebagai pecundang di wisata kuliner, intinya asal makan aja deh, waktu itu cuman pilih ikan putih yang dagingnya lembut, jadi aman di lidah hehehe. Cuman ati2 sama sambelnya, puedes banget! 


Yang punya cafe namanya ibu Neneng Kartini, dan poin plus lainnya: ibu Neneng ini punya kontak terhadap puluhan motorist yang bisa antar kalian ke Derawan! Jadi tinggal bilang aja sama ibu Neneng, selesai makan, pasti deh motoristnya udah siap nganter. Oya nomor hape ibu Neneng boleh dicatet: 081347803526, yah siapa tahu pengen konfirmasi jauh2 hari untuk rombongan atau mau cari penginapan di Tanjung Batu dulu nyobain windsurfing/sailing.

Ikan Putih bakar: sedaaaap!
Waktu itu kami baru sempet makan siang sekitar jam setengah satu, blep blep blep makan cepet2 terus langsung nyeberang deh, supaya nggak kesorean. Oya karena kami cuman mampir sebentar dan rencana sore pulang, kami pun mencarter speedboatnya PP, seharga 400rb. Hebatnya, sekalipun ada rencana nginep di Derawan, harganya tetap sama 400rb, jadi nanti dia jemput kalo kamu pengen pulang. Jadi kamu nggak harus membayar biaya bolak-baliknya dia. Berarti mereka nggak pake sistem kapitalis. Mereka cuman orang2 lokal yang perlu makan, punya modal, dan kebetulan baik hatinya. Sayangnya problem mereka terbesar hanyalah bensin! Makin langka dan pemerintah daerah juga belum mengupayakan penyelesaiannya. Antrian panjang di pom bensin masih jadi pemandangan biasa. Padahal Kaltim kan propinsi penghasil? Padahal kan katanya Visit East Kalimantan 2011??? Mana buktinya? Mana? Manaaa??*emak2 stres*

Perjalanan Tanjung Batu-Derawan dengan speedboat cuman makan waktu 30 menit. Itu juga udah lengkap dengan manuver belok2nya motorist, kan dia nggak mau ngelawan arus ombak, go with the flow katanya, hahaha! Sesampai di Derawan, kami semua dibuat takjub. Betapa putih pasirnya. Betapa hijau dan bening airnya. Ditambah barisan pohon cemara yang sengaja ditanam oleh penduduk lokal, diselingi pohon kelapa dan semak2 rimbun disana-sini, sejumlah cottage dan restoran, membuat kami mendadak sejuk *dasar borjuis*. Langsung saja saat itu saya praktekin ilmu abal2 fotografi saya, potret sana-sini, dan Bimo ternyata memendam bakat narsis luar biasa, dia ngebet jadi model di semua pemandangan yang saya potret, hahaha! 


Setelah cukup foto2 di dermaga kecilnya yang menjorok ke laut, kami dikejutkan oleh kemunculan si cantik penyu hijau (Chelonia Mydas), yang asyik berenang menimbul2kan kepalanya tepat di bawah dermaga sonoan dikit. Wiiih.... cantiknya! Sayang kamera saya bukan tele, bukan profesional juga, jadilah fotonya agak2 memprihatinkan. Nyesel sih tapi apa daya!
Senangnya disambut si cantik Chelonia Mydas
Kami pun beranjak menuju pulau, meniti jembatan panjang yang artistik, pasti bagus banget kalo difoto. Lagi2 Bimo bersedia jadi modelnya, meski dia sedikit nyesel karena dia lupa ngumpetin sendal jepitnya, hahaha! Katanya itu pemandangan yang nggak banget deh! Padahal bagus2 aja, saya kan penganut aliran realisme, hehehe.


Sesampai di pulau, istirahat sebentar di bawah rindangan pohon, sementara pak Purwantoro, orang perusahaan yang mengantar kami langsung menggabungkan diri ke kelompoknya untuk mulai rapat internal. Sedangkan kami, trio kwek2, nggak ada rencana apa2, nggak banget untuk berenang atau nyelam karena itu jam setengah dua, lagi panas2nya, jadi ya udah jalan kaki keliling pulau adalah pilihan paling rasional.


So, apa yang kami temui di sepanjang jalan? Selain sejumlah restoran, cottage, penginapan, dan sejumlah penduduk lokal yang menyewakan alat snorkeling amatiran, kacamata selam, kaki kodok/finn, sampan, ban bahkan perahu, ada juga tempat voli pantai yang dibangun khusus. Bagus dan memenuhi standar internasional *sok tahu*. Ternyata itu memang lokasi untuk pertandingan voli pantai PON tahun 2008 yang lalu. Tahun itu Kaltim memang lagi kebagian jatah penyelenggaran PON. Selain pemandangan itu semua, sisanya adalah lautan pasir putih dan pantai yang landai. Well, setidaknya beberapa ratus meter ke arah kiri dari cottage sih, coz Bimo memutuskan balik dan cari es kelapa seger. Capek dan panas, katanya, toh pemandangannya bakal itu2 aja kan? Hahaha! Payah deh bawa anak manja.

Akhirnya dalam rangka hunting es kelapa seger, kami menuju belakang cottage, ke arah pemukiman penduduk, yang terpisahkan tembok batako. Ajang foto2 masih belum keabisan bahan. Bimo tetep ngotot jadi modelnya, tentu saja! Hihihi. Jalanan kampung Derawan sama seperti jalanan kampung pesisir dimana2, putih bersih dan menyilaukan. Lumayan asyik menyusuri jalanan kampung, kita diliatin layaknya turis *halaaah*.
 
Di beberapa titik ada sejumlah toko yang menjual souvenir. Kalau diperhatiin sih, kayaknya itu souvenir kebanyakan dari Bali deh, meski nggak ada tulisan Balinya. Ada kaos2 juga daster *daster!* berbahan ringan tipis, celana2 pendek santai, topi pantai de el el. Kenapa saya curiga itu bukan asli Derawan, karena harganya lumayan mahal! Masak kaos anak2 yang saya taksir harganya sudah kayak di Taman Safari, 70 ribu?? Celana pendeknya juga 50 ribuan. Daster yang nggak bakalan saya lirik tapi saya penasaran sama harganya juga ternyata 60 ribu, hahaha! Malas ah. Mendingan soevenir asli Derawannya, yang kemungkinan cuman pernik2 mungil dan terbuat dari binatang/tumbuhan laut.


Paling khas ya gelang atau cincin yang terbuat dari cangkang penyu. Tapi yang jadi masalah adalah kalau cangkangnya diambil sudah pasti si cantik mesti dibunuh ya kan? Nah, ini yang saya tanyakan ke si penjual souvenir. Dia bilang sekarang nggak begitu. Katanya gelang2 dan cincin itu sekarang terbuat dari kulit penyu yang sudah ganti kulit. Masak sih? Ini saya crosscheck ke seorang teman yang bertugas di BKSDA - Konservasi punya. Ternyata ugh, mereka pembohong! Ternyata nggak mungkin penyu itu ganti kulit. Lagian juga nggak mungkin kulit penyu bisa dijadikan gelang atau cincin. Udah pasti itu si cantik dibunuh! Dan kenapa pembunuhan2 itu ternyata masih berlangsung? Tanya kenapa! *emak2 stres setengah mati*
 
Oke, sudah capek liat2 souvenir , baru deh saya menyusul hubby yang sudah asyik minum es kelapa di seberangnya. Wuiiihhh.... memang segeerrrr...... es kelapanya dicampur sirup pemanis warna merah. Sebenarnya saya lebih suka dicampur gula merah, tapi gula merah jarang ada di pulau, jadi yah telen2 aja lah, segernya nggak nanggung2 kok! Bapak pemilik warung itu orang Bugis, beliau langsung men-judge kami yang mengaku turis dari Samarinda: Hah! Buang2 duit saja kalian! Masih muda itu banyaklah bekerja, jangan senang2 dulu! Hihihi, nyeruput es kelapa sambil tau2 dimarahin seorang bapak tua, mampuslah kita! Tapi Bapak itu nggak bermaksud menyinggung kok, memang gayanya bicaranya begitu. Maksudnya sih baik. Jadi respon kami apalagi selain nyengir2 nggak jelas, hahaha! Terus si bapak cerita ini itu, bahwa beliau sudah sekitar lima belas tahun lebih merantau di Derawan, berjuang dari nol, sampai punya rumah, warung kecil dan motor. Beliau juga nyerempet2 soal perdagangan kayu, yang artinya kemungkinan si bapak pernah nyebur juga di dunia itu, layaknya sebagian besar pendatang yang ngiler dengan kekayaan hutan tanah Borneo *sigh*.

Nggak kerasa waktu berjalan cepat. Tau2 sudah jam empat dan kami dipanggil Pak Purwontoro. It’s time to go home. Jadilah kami menemui pak Purwantoro yang masih saja rapat, sementara kami dengan cueknya mencicipi snack rapat, hahaha! Sayang sih sebenernya kalo kami harus cepat2 pulang, karena sebentar lagi jam lima matahari pasti sudah user friendly banget *jam empat mataharinya masih galak*, kami bisa berenang, menyelam atau bersua dengan si cantik penyu2 hijau yang suka mampir di sekitar cottage. Setiap malam penyu2 itu bahkan suka bertelur di sekitar itu pula! Ugh, tapi apalah daya kami para penumpang gelap.

Jam setengah lima rapat selesai kami pun pulang. Hiks. Tapi pak Purwantoro ternyata orang yang sangat baik hati. Dia menyuruh motorist untuk mencari penyu hijau dulu ke sekeliling pulau, dan membiarkan kami foto2 dari dekat. Speedboat pun menuju ke arah sisi lain pulau, dimana ada penginapan yang menjorok beberapa meter ke tengah laut. Ya, selain cottage2 mahal itu yang charge-nya minimal 350 ribu semalam, penginapan2 murah ini terbuat dari kayu2 ulin dan harganya sekitar 200 ribu semalam. Ah, masih mahal juga kalau dari kantong kita2 pastinya *katanya borjuis*. Mendingan menginap di rumah2 penduduk. Katanya sih cari aja penginapan HAMS atau Yogie Mas, tarifnya45 ribu sampai 100 ribu semalam. Yah, lumayanlah. Toh kita kan cuman numpang tidur.


Oowwh, akhirnya kami menemukan si cantik. Ia tengah menikmati daun pisang yang memang sengaja dilempar ke laut setiap sore di bawah tangga penginapan untuk memberi makan si penyu. Penyu yang sama selalu hapal dan mampir, bahkan ia juga punya nama! Hehehe saya lupa sih namanya, tapi lumayanlah heboh2 dikit ngeliatnya. Nggak cuman dari jauh ia terlihat cantik, ternyata dari dekat ia lebih cantik! Pokoknya Rin, kalau soal pengalaman berdekatan sama penyu, jelas kamu lebih jagoanlah, saya sih nggak ada apa2nya, cuman lucky bastard aja saya bisa ke Derawan, hehehe.


Nah, sebelum saya tutup catatan perjalanan yang nggak mutu ini, bagusnya ditambahin data2 akurat kali yaa, biar sedikit bermutu, hehehe. Kalau wikipedia bilang, ternyata Pulau Derawan sejak tahun 2005 sudah dicalonkan jadi Situs Warisan Dunia UNESCO! Weits, keren juga yak. Tapi nggak tahu gimana nasibnya sekarang apa masih calon apa sudah dipinang, sudah enam tahun lamanya lho. Hehehe, mendingan kita cari tahu kenapa dia dicalonin.


Well, Pulau Derawan terkenal dengan wisata selamnya, ia punya taman laut yang indah dengan kedalaman lima meter dan beragam biota, mulai dari cumi2, lobster, ikan pipa, gurita, kuda laut, belut pita dan ikan skorpion. Hellooo... wikipedia, kemana penyu hijaunya??? Aneh! Yang paling banyak malah nggak disebut sama sekali, huh! Terus di kedalaman 10 meter, terdapat batu karang yang dikenal sebagai Blue Trigger Wall, karena pada karang sepanjang 18 meter itu banyak ikan trigger.

Talking about diving, ternyata Pulau Derawan punya 28 titik menyelam yang sudah diidentifikasi. Setidaknya butuh 10 hari untuk menjelajahi semua titik itu. Pindah dari satu titik ke titik lainnya ya mesti pakai kapallah. Kebayang kan betapa asyiknya jadi orang kaya, dengan catatan dia bukan pegawai yang dipaksa tunduk dengan paksaan menabung dan masa cuti! Eh, emang ada pegawai yang kaya? *sinis*

Selain bisa menyewa alat snorkeling amatiran di sepanjang pantai atau di cottage/penginapan, kamu juga bisa menyewa yang profesional di Derawan Dive Resort. Katanya sih tarifnya bisa nego. Katanya juga, meski kebanyakan kita itu penyelam amatiran, kita bisa tetep ketemu penyu cantik dan jinak berkeliaran di sekeliling kita, meski kita cuman ngapung2 ngambang di permukaan pantai! Oowwhh, mupeng, mupeng deh!


Oya selain Derawan, banyak juga pulau eksotik lain yang bisa dikunjungi. Ada pulau Sangalaki, Maratua dan Kakaban. Kalau Pulau Sangalaki punya populasi ikan pari biru (Manta Rays) yang lebarnya bisa mencapai 3,5 meter. Eh, ikan pari yang ngebunuh Steve Irwin tuh jenis yang biru apa hitam yak? *serem*. Sementara di Kakaban ada Danau Prasejarah yang ada di tengah laut, satu2nya di Asia.

Jadi kesimpulannya kalau kamu bener2 ingin berlibur kesini, mendingan nabung banyak2 deh, rugi kalau cuman 3-4 jam mampir seperti saya, well meski saya masih merasa lucky bastard dan bisa bikin catatan perjalanan sepanjang ini! Hehehe. Good luck, enjoy travelling!

Bayi Anda Penonton Pasif ?

Di usia mereka yang masih balita, Ozza dan Naula sudah menjadi pecinta film. Setiap hari saya membereskan koleksi film mereka, tapi baru kali ini saya terbersit untuk menuliskannya. Awalnya saya memang bangga bahwa saya punya cara untuk membuat mereka diam barang sebentar, dan mereka lumayan jarang menonton tivi yang banyak iklan yang bisa merusak kemampuan konsentrasi mereka. 

Tapi beberapa hari yang lalu di koran saya menemukan istilah yang agak membuat was-was: PENONTON PASIF. Oh my God! Kedengarannya saja sudah tidak mengenakkan di telinga dan tanpa mencari tahu lebih banyak, saya langsung ngerti bahwa saya harus membuat keputusan penting yang bakal mengecewakan anak2. Mengurangi jatah mereka nonton film!

Tentu saja mereka protes berat, tapi untungnya mereka mau mengerti, dan uwak Nah, sepupu jauh ibu yang bersedia menemani anak2 kalau saya dan Ivan bekerja, juga mau bekerja sama. No more movies or games for schoolday. Ini sudah berjalan sekitar seminggu dan ujung2nya malah saya yang nggak tega. Apalagi habit ayahnya yang nggak bisa lepas dari tivi juga ikut berpengaruh. Sedikit membuat stres. Ingin yang terbaik buat anak, tapi tekad kami nggak sekuat itu. Kami hanya ingin mereka bahagia. Apalagi setelah saya analisa secara abal-abal, kuncinya adalah mencari film yang membuat mereka menjadi penonton aktif. Hehehe.

Salah satunya adalah tokoh kartun bernama Mumu. Ia makhluk lucu mirip ikan lumba-lumba tapi punya kaki, tinggal sendirian di pulau Muwa yang sepi yang hanya ditumbuhi sebatang tunas yang bisa mengeluarkan nectar (minuman yang sangat lezat) yang menjadi makanan Mumu. Meski sendirian Mumu tak pernah kesepian karena banyak hewan2 lain yang mampir ke pulau, mulai dari ulat bulu, kepiting, kunang2, bebek mainan, sampai ikan paus. Serial home video berjudul MumuHug ini saya temukan di hamparan CD-CD film yang didiskon di Gramedia. Saya tertarik baca gambaran tokohnya :

“Mumu adalah makhluk tak berdosa, manis dan mudah penasaran yang hidup sendiri di suatu pulau di tengah lautan – dan sangat suka memeluk! Ingatlah, Mumu akan selalu ada di hatimu dan siap untuk memberikan pelukannya yang hangat!”

Hmm, lumayan kan? Waktu itu saya pikir pelukan yang hangat pastilah dibutuhkan untuk membentuk kepribadian anak yang hangat. Pribadi yang hangat pastilah disukai oleh semua orang bukan? Dan saya ingin anak-anak itu disukai banyak orang tidak hanya dari kecerdasannya, tapi lebih utama dari pribadinya yang hangat. Well, sebenarnya saya sendiri pribadi yang cuek sih, hehehe, tapi saya bisa berpura-pura hangat jika situasi mengharuskan begitu. Hihihi. An antisocial person wanna make a social person. Yup, bahkan penderita sinisme akut seperti saya pun mengakui kalau being a social person is definitely more fun!

Bagaimana film ini membuat anak2 menjadi penonton aktif? Well, ceritanya sederhana, lucu, tapi ada beberapa hal baru yang bisa menambah wawasan mereka. Bahwa Mumu yang tinggal sendirian di pulau pasti mengundang berjuta pertanyaan. Benar saja. Ozza yang kritis segera nyerocos. Seperti : kenapa Mumu tinggal sendirian di pulau? Orangtuanya kemana? Terus yang cariin makan siapa? Kok bisa Mumu cari makan sendiri? Apa dia nggak mau minum susu? Mumu itu binatang ya? Mukanya seperti lumba-lumba tapi kok punya kaki? Kok dia nggak bisa ngomong? Fiuuuh, melelahkan! Tapi inilah yang saya suka. Memaksa saya untuk kreatif mencari jawaban yang mudah dicerna oleh anak2. 

Meski kami bukan orangtua yang sempurna, khusus untuk yang satu ini saya dan Ivan bertekad untuk terus berusaha menjawab pertanyaan mereka selogika mungkin, seserius mungkin, nggak ngasal, sejak mereka sudah pintar bertanya, karena kami ingin mereka tetap kritis dan terbuka hingga dewasa. Gara-gara ada beberapa anak teman yang tadinya sewaktu kecil bersemangat tanya apa saja, tapi setelah besar jadi pendiam dan malas bertanya hanya karena orangtuanya malas dan capek menjawab, karena pertanyaannya itu-itu saja. Padahal kenapa mereka menanyakan hal yang sama adalah karena belum tergambar jelas di otak kecil mereka kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu. Sementara orangtua hanya memberikan jawaban setengah-setengah dan berharap anaknya cukup dengan jawaban itu. Ujung2nya si anak jadi malas bertanya karena malas dijawab. Generasi yang malas bertanya adalah yang tidak kita inginkan bukan? Memang sih, nggak semua pertanyaan memusingkan itu bisa saya jawab. Mentok-mentoknya paling saya bilang jujur nggak tahu dan menyemangati mereka kalau nanti di SD atau SMP atau SMA atau kuliah pasti mereka belajar hal itu. Hihihi.

Kembali ke soal film yang membuat anak menjadi penonton aktif, mungkin sebenarnya sebagian besar film anak2 membuat efek yang sama asalkan ada pendampingan dari kita. Tapi ini lebih melelahkan dan terkadang kita nggak punya waktu. Kita harus ikutin filmnya, inti ceritanya, makna ceritanya kalau ada, syukur2 tuh film berbahasa indonesia jadi kita nggak usah susah payah menjabarkan maksud dan jalan ceritanya. Atau sekalian tokohnya nggak bisa ngomong aja, jadi biar si anak representasiin sendiri dunianya. Hehehe. Nah, sebagai orangtua yang nggak sempurna, tentu saja saya nggak mendampingi mereka saat menonton sebagian besar film. Saya hanya memfilternya lebih dulu si film kira2 cocok nggak buat mereka, atau membahasnya setelah kami bertemu. Tapi ada juga film yang perlu pendampingan dan penegasan pemahaman. Yah, setidaknya saya tetap berupaya kan? :p

Oya, mau tahu daftar film Ozza & Naula selengkap apa? Let’s see, pertama kategori aman (nggak perlu pendampingan) & edukatif: selain MumuHug (6), ada Pocoyo (4), Barney (2), Dora (3), Diego (1), Serial Kisah Nabi & Rasul (12), Serial Tupi & PingPing (10), Paddle Pop (3), Teletubbies (4), Cotoons (5), Elmo’s World (8), Brainy Baby (5), Baby Einstein (2), Mimi Kelinci (3), Postman Pat (2), Dive Olly Dive (6), Upin Ipin (5), Serial Cerita Rakyat (15), Barbie (2), Thomas & Friends (1), The Backyardigans (1), Serial Film Musikal Anak (2), George of The Jungle (2). Kategori kedua adalah tidak aman (perlu pendampingan) & non edukatif : Ben 10 (1), Bernard Bear (1), Little Khrisna (1), Bimasakti (1) dan SpongeBob (1). Sementara sisanya adalah film anak2 yang pernah ditayangkan di bioskop. Ada Shrek 1 s.d 4, The Incredibles, Finding Nemo, Curious George, Ice Age 1 & 2, Madagascar 2, Monster Inc., Rapunzel a Tangled Tale, Peterpan 1 & 2, The Nut Cracker, Ponyo, How to Train Your Dragon, Monster House, dan Narnia. Belum lagi film2 rental Odiva yang mereka bahkan juga ikut berlangganan, atau CD2 film bonus dari susu kaleng dan buku cerita. Totalnya sekitar 140 CD, phweww!! Mungkin kami benar-benar keterlaluan mendidik mereka sebagai pecinta film, ya? :p

Nemu Harta Karun

Yang pasti, yang nemu bukan saya hehehe. Ibu saya pernah bercerita, saat suatu kali beliau bertemu dengan pembeli rumah pertama kami di Cirebon, kami sudah pindah ke Bekasi, si pembeli mengaku telah menemukan harta karun dua karung besar di loteng rumah. Ibu sangat terkejut karena merasa tidak punya harta karun apa-apa, apalagi pake disimpen di loteng segala. Si pembeli tertawa dan bilang bahwa itu isinya buku semua, anaknya benar2 kegirangan mendapat hadiah segitu banyak. Ia bahkan bertanya bolehkah menyimpan harta karun itu. Ibu saya yang baik hati tentu membolehkan.

Satu-satunya yang sedikit kesal dengan cerita ibu adalah saya. Betul kata si pembeli, bahwa itu adalah harta karun. Majalah Bobo periode dua tahun. Saya waktu itu masih kelas 2 SD dan nggak tahu kenapa majalah2 itu menghilang setelah pindahan. Satu-satunya tersangka adalah bapak, karena bapak tipe yang nggak mau repot, pasti beliau yang menyembunyikannya di loteng sebelum saya sadar dan memaksa membawa semua  bundelan itu.

Mungkin kami memang sedikit beruntung dibanding anak-anak kecil lain waktu itu, tapi saya pikir nggak juga. Karena Bapak hanya bersedia berlangganan Majalah Bobo dan kami sama sekali tidak tahu apa itu Lima Sekawan, Trio Detektif, Hans Christian Andersen, Enid Blyton, Agatha Christie, dsb. Kami juga nggak pernah diajak jalan-jalan ke toko buku. Perpustakaan sekolah pun isinya hanya buku-buku jadul macam Layar Terkembang, Siti Nurbaya yang saya nggak suka, atau Majalah si Kuncung yang merupakan majalah langganan perpustakaan. Acara tivi masih terbatas, sementara kami lumayan tidak boleh keluyuran kemana-mana meski bersama teman sekolah. Informasi benar-benar terbatas. Sangat tidak menggairahkan.

Hingga saya pertama kali masuk SMP. Bapak memberi hadiah jalan-jalan ke Gramedia dan boleh memilih satu buku apa saja. Wuih, pengalaman itu begitu membekas. Betapa adrenalin saya terpacu untuk mencari  satu buku terbaik di antara lautan buku yang saya tak tahu, semuanya kelihatan sangat menggoda. Betapa dunia ini luas terbentang dan yang saya tahu hanyalah Majalah Bobo. Setelah pergulatan cukup lama, yang saya pilih akhirnya adalah sebuah buku tebal berwarna hijau pupus, dengan cover bayangan seorang pria bertopi dan cerutu di mulutnya. The Return of Sherlock Holmes. Definitely my beloved first book. Suatu hari saya akan membahasnya secara khusus di sini.

Pengalaman itu nyaris seperti trauma. Bahwa saya bertekad untuk tidak mengulangi kealpaan Bapak. Membawa anaknya ke toko buku baru pada usia sedewasa itu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada Ozza. Saya bahkan memilihkan buku pertamanya sebelum ia sempat bisa. Hehehe. Saat itu ia berusia enam bulan. Sudah bisa duduk dan menikmati dongeng. Serial Mengenal Binatang karya Sterling adalah buku pertamanya. Ia sangat menyukainya. Hasilnya kata pertamanya adalah ku-da. Bukan ibu, mama atau ayah. Hihihi.

Buku-buku berikutnya tetap saya yang memilihkan hingga tiba saatnya Ozza TK Besar. Setiap ke toko buku, ia membuka-buka buku, menimbang-nimbang mana yang ia pilih dengan sangat percaya diri. Kesukaannya adalah buku-buku yang aneh, yang ada mainannya. Entah itu pop-up book, buku bersenter, atau buku ajaib lainnya yang saya bahkan heran kok ada penulis sekreatif itu. Sementara Naula meski belum sekolah, ia ingin kelihatan sudah besar seperti kakaknya. Jadi ia juga sering memilih sendiri bukunya. Kesukaannya adalah buku-buku yang cantik atau buku yang bercover binatang selembut boneka-bonekanya. Hihihi. Pokoknya saya berikrar: kedua krucil ini akan saya bentuk menjadi monster pemburu harta karun yang rakus, deh! :p

Little Mermaid


Ada yang masih inget cerita anak-anak Little Mermaid? Hehehe jujur, gue nggak pernah tau cerita ini coz nggak tertarik cerita model beginian, sampe beberapa hari yang lalu Naula memilih buku ini di Gramedia, sementara Ozza tetep dengan style-nya yang berbeda, memilih buku cerita Dinosaurus yang ada sticker menyala dalam gelapnya, hahaha! Gue ceritain sedikit ya tentang Little Mermaid ini, nanti baru gue bahas alasannya kenapa gue mesti sharing ini sama kalian *as usual, I believe every story needs reason :p*

Ceritanya alkisah di bawah laut hiduplah raja laut dan keenam putrinya yang berupa putri duyung. Fokus cerita ini ya si putri duyung yang bungsu. Tradisinya jika mereka sudah menginjak umur lima belas tahun, mereka diijinkan melihat dunia di atas laut. Nah, setelah si bungsu berulangtahun yang ke-15, saat ia melihat dunia di atas laut, ia bertemu kapal yang tengah ramai merayakan ulang tahun seorang pangeran. Ia pun mendekati kapal dan terpesona menatap pangeran yang sedang berdiri di atas geladak. Sebentar kemudian badai datang dan memporak-porandakan semuanya. Kapal tenggelam, si putri duyung segera mencari pangeran di gelapnya lautan dan menyelamatkannya. Semalaman ia mengapung dengan bantuan ombak sambil memeluk pangeran, hingga paginya badai berhenti dan dibawanya pangeran ke tepi pantai.

Putri duyung segera bersembunyi saat ada seorang wanita berjalan mendekat dari kejauhan. Pangeran terbangun dan mengira si wanita itulah penyelamatnya. Sang putri menjadi sangat sedih. Ia tidak bisa menghampiri pangeran dengan tubuh putri duyungnya, dan hanya bisa berteriak dalam hati. Sejak saat itu ia terus memikirkan pangeran. Setiap hari ia mendatangi tepi pantai tempat ia menyelamatkan pangeran, tapi ia tak pernah bertemu pangeran lagi. Sang putri pun sakit. Karena khawatir, kakak-kakaknya membawanya ke istana tempat pangeran tinggal.

Hingga suatu hari sang putri duyung ingin menjadi manusia dan hidup di atas laut. Ia pun menemui penyihir yang rumahnya ada di bagian laut paling dalam dan gelap. Penyihir memberinya obat agar bisa menjadi manusia, tapi ia harus menyerahkan suaranya yang indah. Dan jika ia tak berhasil menikahi pangeran, ia akan berubah menjadi buih. Sang putri menyanggupinya asalkan ia bisa bertemu pangeran.

Putri duyung pun menuju istana pangeran dan meminum obat itu di tangga istana. Ia lalu pingsan karena rasa terbakar di sekujur tubuhnya. Saat ia terbangun, ternyata pangeranlah yang menemukannya. Pangeran bertanya siapakah nama dan darimana ia berasal. Tapi putri duyung tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena telah memberikan suaranya ke penyihir. Ia hanya bisa memandang pangeran dengan tatapan sedih.

Akhirnya pangeran merawat putri duyung seperti adiknya sendiri. Putri duyung sangat bahagia. Lalu suatu hari, pangeran pergi berkunjung ke negeri tetangga ditemani sang putri. Pangeran terkejut ketika melihat putri negeri tetangga. Ternyata ia adalah wanita yang menyelamatkannya di pantai. Tanpa ragu pangeran segera melamarnya dan menggelar pesta pernikahan yang sangat indah di kapal besar.

Putri duyung sangat sedih. Ia tidak bisa memberitahu pangeran karena ia tak punya suara. Malamnya ia berdiri di atas geladak dan menangis karena fajar nanti ia akan menjadi buih. Pada saat itu kakak-kakaknya muncul dari dalam laut. Rambut mereka yang indah ternyata telah dipotong pendek. Mereka mendapatkan pisau dari penyihir dan membayarnya dengan rambut mereka. Mereka menyuruh sang putri menusuk dada pangeran sebelum matahari terbit supaya ia tetap hidup.

Putri duyung mencengkeram pisau itu dan menyelinap ke dalam kamar pangeran. Saat ia mengangkat tinggi pisaunya, tiba-tiba air matanya jatuh bercucuran. Ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa menusuk pangeran yang ia cintai. Putri pun melempar pisau itu ke laut, memejamkan matanya dan melemparkan dirinya ke laut yang dalam. Tubuhnya lalu berubah menjadi buih-buih yang gemerlapan.

Saat para peri datang untuk membawanya ke surga, putri duyung terbang seakan-akan memiliki sayap. Ternyata ia berubah menjadi peri angin karena ia melakukan banyak kebajikan. Di atas kapal, pangeran dan pengantinnya mencari-cari putri duyung dengan cemas. Putri duyung membelai pangeran dan mencium dahi sang pengantin wanita tanpa ada yang menyadarinya. Lalu terbang ke awan putih bersama peri angin yang lain. “Berbahagialah, Pangeranku…….”

Huhuhu, sedih banget ya ternyata. Gue udah tau sih kalo si Hans Christian Andersen ini pasti kalo bikin cerita ya sedih, tapi nggak nyangka aja setragis ini. Gue udah nyesel aja beli bukunya dan agak-agak was-was nyeritain kisah ironis yang indah ini untuk anak-anak sekecil Ozza Naula. Sebelumnya gue jarang mengkonsumsi mereka cerita-cerita sad ending. Kira-kira gimana respon mereka ya?

Hehehe, dasar emak-emak paranoid. Norak. Padahal sebenarnya kisah itu mungkin bagus untuk anak-anak supaya mereka ngerti realita hidup. Akhirnya untuk mengimbangi kesedihannya, gue lebih bersemangat nyeritain bahwa patung putri duyung bener-bener ada di pelabuhan Kopenhagen Denmark sana, yang dibikin untuk menghormati si penulisnya, si mbah buyut Hans. Juga cerita bagaimana hebatnya mbah Hans jadi penulis terkenal meski orangtuanya cuma jadi pembuat sepatu yang miskin.

Ujung-ujungnya, Naula merespon dengan selalu membawa bukunya kemana-mana, juga saat jalan-jalan, memproklamirkan bahwa itu buku favoritnya seumur hidup *jiah, baru juga umur tiga tahun, haha!* Sementara Ozza, nah inilah alasan gue sharing dengan kalian. Respon Ozza itulah yang bikin gue terhenyak sesaat. Yah, semacam henyakan emak-emak lainnya yang diperoleh saat anak-anaknya kadang membuat ulah tak terduga, tak disangka, tapi membuat bangga.

Ozza tipikal anak yang nggak gitu suka cerita romantis atau sedih. Dia sangat suka cerita lucu dan petualangan. Tokoh-tokoh favoritnya adalah Shrek, George of The Jungle, Shaggy Scooby Doo, Peterpan, Nathalie *anak perempuan bandel yang mimpi jadi backpacker dan punya hobi sadis melempar adiknya kesana-kemari, gue nyeseeellll banget beli buku impor Amerika ini*, Bernard Bear, Paddle Pop, Upin Ipin, Ben10, Diego temennya Dora *bukan Dora-nya lho*, bahkan si lemah Hickup di film How to Train Your Dragon. Sangat jauh berbeda dengan pilihan Naula yang sangat normal dengan Barney, Barbie atau Rapunzel-nya. Hahaha!

Tapi Ozza juga tumbuh menjadi anak yang sangat sensitif. Dia lebih mudah sedih, nangis dan pemurung untuk hal-hal remeh dibanding Naula. Ozza bisa memikirkan satu kisah sedih selama berhari-hari dan membahasnya terus, intinya kenapa sih mesti ada cerita sesedih itu? Kenapa nggak ada yang melakukan sesuatu supaya cerita itu nggak sedih lagi. Ini pernah terjadi saat ia baru tahu cerita Peterpan sebenarnya. Sebelumnya ia hanya mengenal kisah Peterpan dan Jane, anaknya Wendy, versi Peterpan yang kedua, yang lebih happy ending. Ozza nggak habis pikir kenapa Peterpan nggak mau tinggal sama Wendy seperti anak-anak Lostboys lainnya, tapi lebih memilih kesepian bersama Tinkerbell di Neverland sana. Respon inilah yang gue khawatir bakal terjadi setelah gue nyeritain Little Mermaid untuk mereka.

Jadi bagaimana Ozza merespon ini kemudian? Tak disangka dia hanya mengangguk-angguk sambil terus meminum susunya. Juga tak ada pertanyaan-pertanyaan memusingkan dan menyedihkan keesokan harinya. I was really wondering why. Tapi gue sabar menunggu sampe segala sesuatunya jelas. Dan itu ternyata terjawab pagi ini, dua hari kemudian.

Setiap pagi tiap memandikan mereka satu persatu, gue biasa bertanya apa mimpi mereka semalam. Khususnya Ozza karena ia begitu sensitif, supaya gue bisa tahu apa yang terjadi di alam bawah sadarnya. Nah, pagi ini ternyata Ozza nggak menunggu saatnya mandi untuk bercerita apa mimpinya semalam. Sesaat setelah bangun, ia langsung nyari gue dan berteriak gembira :

“Bu! Aku tadi malam mimpi si putri duyung, lho! Aku ada di istana dan aku bilang sama pangeran, kalo sebenarnya yang nyelamatin pangeran itu si putri duyung. Wah pangeran akhirnya menikah sama putri duyung! Putri duyung sangat bahagia! Pokoknya bu, meski di buku dia sangat sedih, dia bisa bahagia di mimpi aku! Putri duyung boleh tinggal di mimpi aku aja, nggak usah di buku!”

Gue terhenyak. Mau nangis, malu. Gue cuma bisa bilang terkagum-kagum, “Kakak Ozza hebat sekali, mau mikirin nasibnya putri duyung. Makasih ya Kakak Ozza, pasti putri duyung kalo tau, dia pilih tinggal di mimpinya Ozza aja daripada di buku”. Gue peluk dia bangga sekali, ternyata dia sudah belajar tidak hanya di tahap mau memikirkan nasib orang lain, tapi juga sudah bisa menemukan solusinya meski sangatlah sederhana. Sama bangganya gue saat ia bercerita beberapa minggu sebelumnya bahwa ia sudah bisa berteman baik dengan Sinta, teman TK-nya yang sangat pemalu dan tidak mau bermain dengan semua orang. Sinta adalah anak baru, dan Ozza memperhatikan bahwa ia sebenarnya sangat kesepian, jadi setiap kali dia ingat, Ozza berusaha mengajaknya bermain meski Sinta tetap diam. Sampe suatu hari, gurunya mengharuskan setiap anak memilih salah satu temannya sebagai pasangan bermain selama satu hari. Tak disangka ternyata Sinta memilih Ozza. Ozza bangga sekali.

Gue tau Ozza di usianya yang lima tahun belum lancar membaca, cuman bisa baca judul-judul, menulis huruf pun masih gede-gede keluar dari garis, bahasa inggrisnya masih sebatas animals, mengajinya baru buku umi dua, atau menghapal surat-surat pendek Al-Qur’an secepat teman-temannya yang lain karena dileskan ibunya mengaji-lah, calistung-lah, sempoa-lah, jarimatika-lah. For God’s sake, dia baru lima tahun! Kenyataannya gue malah lebih bangga sampe terisak-isak, kalo ternyata empati Ozza lebih cepat berkembang daripada kemampuannya yang lain. Persis seperti yang kami harapkan dari namanya, Irvana Ozza Al-Zakiya, anak cerdas yang suka menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Semoga hingga dewasa nanti hatimu tetap seputih salju, Nak, tak terpengaruh racun-racun jahat yang membuatmu jadi apatis atau sombong. We love you, Ozza!

I'm Still Here

She said to me over the phone
She wanted to see other people
I thought, "Well, look around, they're everywhere"
Said that she was confused
I thought, "Darling, join the club"
24 years old, mid-life crisis
Nowadays hits you, when you're young
I hung up, she called back
I hung up again, the process had already started
At least it happened quick
I swear I died, inside, that night

My friend he called, I didn't mention a thing
The last thing he said was, be sound, sound...
I contemplated in a awfull thing, I hate to admit
I just thought those would be such appropriate
Last words, but I'm still here, and small, so small...
How could this struggle seem so big? So big...
While the palm in the breeze still blow green
And the waves in the sea still absolute blue
But the horror 
Every single thing I see is a reminder of her
Never thought I'd curse the day I met her
And since she's gone and wouldn't hear
Who would care?
What good would that do?
But I'm still here
So I imagine in a month or 12
I'll be somewhere having a drink
Laughing at a stupid joke
Or just another stupid thing
And I can see myself stopping short
Drifting out of the present
Sucked by the under tow and pulled out deep
And there I am, standing
Wet grass and white headstones, all in rows
And in the distance, there's one, off on its own
So I stop, kneel, my new home
And I picture a sober awakening
A re-entry into this little bar scene
Sip my drink til the ice hits my lip
Order another round
And that's it for now
Sorry
Never been too good at happy endings

This song is written by an extraordinary talented man named Eddie Vedder, dedicated to every single human who contemplate at awfull things, struggling for horror days, and never been too good at happy endings, but always keep standing.

Gaya Lo Indonesia Banget


Barusan gue nemuin postingan secara sengaja di blog seorang teman, Bohemian Style, dan saking bikin gue ngakak2 sampe nangis *lebaaayy*, gue akhirnya nyembah2 dia berharap gue bisa copy paste postingannya juga di blog gue, hahaha! Dasar copycat! Intinya tentang anekdot2 di antara para ekspatriat yang udah kelamaan tinggal di Indonesia, jadi gayanya udah Indonesia banget gitu lohhh. Ada yang dia dengar/baca dari bule2 itu sendiri tapi ada juga yang orisinil dari si pemilik blog bergaya bohemian ini :p. Sori ya repost kalo ada yang udah pernah baca. Berikut cuplikan beberapa diantaranya :
#gayaloudahindonesiabanget :
1) Lo udah mulai tertarik dengerin musik dangdut.
2) Lo udah beranggapan kalo uang sepuluh rebu itu kemahalan buat ngasih tip, dua rebu aja cukuplah.
3) Lo lebih enjoy minum teh botol daripada coca cola.
4) Lo mulai praktekin iklan "Apapun makanannya, minumnya ...."
5) Daripada jalan kaki, lo mendingan cari bajaj atau ojek kalo mau ke minimarket Alfa deket kompleks.
6) Lo percaya sepeda itu kendaraan orang miskin, dan lo pake tuh sepeda hanya tiap hari Minggu waktu car-free-day, terus sepeda yang lo beli juga harus lebih mahal dari motor Yamaha, cuman sekedar ngebuktiin lo bisa beli sepeda kayak gitu.
7) Lo pasang AC ke settingan paling dingin, tapi terus pake jaket atau sweater. Kalo lo cewek mungkin lo pake stoking.
8) Lo udah nggak peduli mau digigit nyamuk kek, nggak kek, anggep aja amal ngasih makan buat nyamuk.
9) Kalo lo jalan kaki di jalan raya, lo ngerasa bego banget, berharap lo duduk di dalam mobil keren yang kecepatannya ngalah2in cheetah, meski mobil lo kejebak macet selama 2 jam.
10) Lo nikmatin banget nyetir santai 2 jam ke kantor, padahal lo bisa nyampe hanya dalam 1,5jam bahkan di hari Senen!
11) Lo percaya harusnya Tukul dapet Pulitzer prize.
12) Lo percaya apapun yang ditulis di Pos Kota.
13) Lo percaya bahwa penyebab flu itu bukan virus, tapi dari masuk angin!
14) Lo percaya flu dan segala penyakit lainnya itu cuman Bodrex obatnya.
15) Lo percaya Bodrex bener2 diproduksi o;eh orang Jerman.
16) Lo menganggap Julia Perez lebih seksi daripada Jennifer Lopez.
17) Lo rela duduk berjam2 di depan tipi ngikutin semua berita infotainment tentang Anang atau Kris Dayanti
18) Lo mulai bisa nangis sesunggukan waktu nonton sinetron Putri Yang Ditukar
19) Lo lebih suka cewek kurus berhidung dan berpayudara plastik, daripada cewek2 yang orisinil.
20) Lo bisa ketawa ngakak waktu nonton acara Tukul atau Opera van Java.
21) Lo bangga banget dipanggil "bule gila".
22) Lo ngerasa menderita banget kalo sendirian, terus nyalain tipi meski lo nggak nonton
23) Mobil lo lebih mahal daripada rumah kontrakan lo.
24) Lo tetep pake jaket wol lo meski cuaca sangat terik, cuman supaya lo kehindar dari debu.
25) Lo masih kelaperan meski lo udah makan banyak, karena lo belum kesentuh nasi dari pagi.

Hehehe, gue yakin ada diantara lo yang bisa lanjutin daftarnya dan makin miris dengan berbagai ironisnya Indonesia di mata mereka "bule gila". Minimal kesentillah rasa nasionalisme kalian. Kenapa sih orang Indonesia culun banget?

Memang sih di daftar tersebut nggak semua kita orang Indonesia begitu2 amat, tapi memang kebanyakan iya, hehehe. Nah, dari sini gue jadi keingetan buku barunya Pandji. Tau kan Pandji? Itu lho penyiar Hard Rock yang akhirnya jadi host terkenal. Perawakannya gede tinggi-chubby-lucu dan punya acara tipi kalo nggak salah judulnya Provocative gitu, kalo nggak salah lagi ya di metro tipi, gue lupa.

Nah, bukunya berjudul Nasional.is.Me. Keren yak judulnya. Gue ngerasa nasional abis, jadi meski gue belom baca bukunya, tuh buku must-have bangetlah jadinya. Tadinya disharing digital secara free di blognya Pandji, gue lupa juga alamatnya dimana *bener2 nggak bisa diandelin!*. Googling ajalah pasti pada bisa kan?? Hehehe. Tapi seperti umumnya orang Indonesia, niat2 baik yang kayak gini malah dimanfaatin, hahaha! Ada beberapa yang ngeprint e-book itu, minta ttd-nya Pandji, terus dijual lagi. Kan emang promosinya cuman via blognya ajah, jadi nggak banyak orang tau kalo tuh buku sebenarnya gretongan. Itu cuman salah satu jeleknya.

Ngeliat kayak gitu tentu aja si Pandji jadi nggak tinggal diam. Dia bikin buku cetaknya, dengan catatan dia tetap pasang niat baiknya: tiap satu buku kita beli, berarti kita nyumbang satu buku buat anak2 di daerah remote/terpencil. Betapa mulia dan praktisnya!

Gue yang jadul dan nggak suka e-book jadi bersyukur deh, akhirnya ada juga versi analognya, hehehe! Tapi gue belom beli, seperti biasanya dijamin buku2 kayak gini belum muncul di Samarinda. Bisa sih pesen di bentangpustaka.com, tapi belom2 juga. Kayaknya gue lebih memilih nunggu momen2 spesial gue nemu tuh buku ada di toko buku, rasanya lebih deg2an *halaaaah* :))

Oke, kembali ke laptop :p Korelasi antara jokes ekspatriat dan buku Nasional.is.Me itu adalah, minimal kita jadi nggak malu sama "bule gila" itu, lha emang ini Indonesia??? Lo tinggal disini, lo cari duit disini ya hargain dong budaya sini meski itu separah Putri Yang Ditukar, hahaha! Gue yakin bule2 gila itu sebenernya cuman iri coz di negara asalnya nggak ada yang seabsurd itu parahnya, hahaha! Yah meski sebenernya gue berharap ada beberapa poin yang kita bisa ubah, tetep aja judulnya harus pede ahh! :p

Horror is My Middle Name


Hehehe, ada yang suka film horor nggak? Yang pasti saya punya banyak teman cewek yang nggak suka film horor, dan lebih banyak lagi teman cowok yang anti film horor *saya percaya mereka bukannya takut, tapi karena terlalu banyak film horor yang payah*. Otomatis nggak ada yang mau nemenin saya ke bioskop kalau film yang saya pengen adalah film horor.

Keadaan jadi menguntungkan saat saya menikah. Hehehe, minimal ada yang bisa saya paksa untuk nemenin. Iyalah saya juga penakut, tapi gimana ya kalau sudah jadi addicted to fear, hahaha! Pokoknya asalkan suami tetap di samping saya, meski dia lebih sering ketiduran, saya bisa bertahan untuk nonton sampai selesai, hihihi!

Dulu, saya percaya bahwa film horor Indonesialah yang paling the best. Bukan dari segi kualitas film maksud saya. Tapi dari tingkat keseramannya. Mungkin karena setan lokal kali ya, jadi berasa banget. Tapi sekarang, waduuuh…., jangan ditanya! Mulai dari judul yang luar biasa picisan, akting pemain atau sutradaranya yang entah kenapa selalu berpikir bahwa diantara rasa takut yang timbul tenggelam harus ada seksinya sedikit atau banyak, sampai ke penampakan2 setannya yang nggak jelas dan gampang ditebak di sepanjang film, aaaarrrggh! Membosankan! 

Apalagi tema filmnya kebanyakan cuman mengangkat cerita2 serem dari sejumlah tempat, entah itu rumah sakit *setan suster paling favorit, kenapa nggak ada setan dokter yak?*, Kuburan Jeruk Purut-lah, Terowongan Casablanca-lah, sampai rumah legenda yang menyeramkan di daerah Pondok Indah itu pun pernah difilmkan. Mungkin ini berawal dari ide film si Manis Jembatan Ancol jaman baheula, jadi para produser saking nggak kreatipnya ya ngikutin saja ide2 yang sudah jelas menjual.

Sebenarnya ada juga sih beberapa film horor Indonesia yang bagus. Biasanya sutradaranya juga sudah terkenal, kayak Rizal Mantovani atau beberapa lainnya, jadi mereka pasti bikin filmnya juga nggak ngasal. Selain film Kuntilanak-nya Rizal, film bagus lainnya paling banter tentang psikopat, jadi bukan film setan beneran sih. Kuntilanak-nya Rizal juga kenapa saya anggap bagus, karena faktor utama bahwa menurut saya setan kuntilanak adalah setan paling menyeramkan di muka bumi.

Ada satu cerita yang bikin saya ngerasa bersalah banget terkait film ini. Suatu hari saat nonton lupa yang sekuelnya atau film yang pertama, suami sudah ketiduran di samping saya, tapi saya terlalu takut untuk nonton sendirian meski penasaran setengah mati. Jadi … OMG saya bego banget kalau ingat ini: saya ajak Ozza yang kebetulan belum tidur untuk menemani saya nonton! Saking addicted to fear-nya tuh! Dan saya sejuta tega membiarkan mata Ozza merekam adegan menakutkan itu ke dalam kepalanya! Ozza at her 4 years old, for God’s sake! Huhuhu, please sue me, I am a crazy mom here!

Ozza-nya sih biasa saja, dia bahkan banyak bertanya kenapa begini kenapa begitu. Kenapa kok setannya gelayutan di pohon, kok milihnya di pohon, nggak berdiri di tanah saja, kenapa kok matanya dipelotot2in gitu, kenapa rambutnya setan acak2an gitu, kayak nggak pernah disisir, kenapa kok badan setannya kayak menari2, maksudnya supaya lelaki itu takut? Hahaha! Waktu itu saya bahkan nggak sempat ketawa saking seriusnya ketakutan!          

Akhirnya saya pencet tombol stop saking stresnya diantara rasa bersalah dan penasaran hebat. Jadi cuman satu adegan yang Ozza rekam, hanya satu-dua menit lamanya, tapi efek sampingnya harus saya telan mentah2 sampai dua tahun kemudian! Iya begitulah, Ozza jadi penakut, meski dia nggak bilang tapi saya tahu dia pasti lagi ngebayangin rekaman bego itu di kepalanya, ugh! Alhamdulillah, sekarang setelah dia masuk TK Islam, dia sudah nggak penakut lagi, karena dia sudah tahu dimanapun dia berada Allah swt selalu menemaninya *lega sih saya, tapi tetep saja ngerasa bego banget*

Sementara itu, film horor asal Barat dibanding Indonesia, tentunya jauh lebih bagus dari sisi pembuatan. Tapi bagi saya mereka kurang menyeramkan. Mulai dari boneka2 hidup, setan anak2 kecil, zombie, vampire, voodoo, bahkan setan kambing dari neraka atau semacam Freddy the Krueger. Mau film setan Barat manapun, saya berani nonton semuanya sendirian, hehehe! Paling bagus adalah The Grudge dan The Ring, mungkin karena keduanya mengadopsi penampilan stigma setan Asia terfavorit: perempuan, rambut panjang hitam, acak2an, dan nggak lupa longdress putih.

Dari The Grudge, akhirnya saya mengenal film setan Jepang. Bagus2 sih, indikatornya adalah saya nggak berani nonton filmnya sendirian, hehehe. Tapi saya nggak suka logika setan2 Jepang *emang setan masih punya logika,dasar dudul!*. Kebanyakan adalah arwah yang saking sakit hatinya akan nasibnya sendiri, dia membenci semua orang, bahkan yang tak bersalah sekalipun, hanya dengan memasuki rumahnya. Halaaaah…! Menurut saya orang2 Jepang terlalu menganggap serius apapun. Perasaan cinta, benci, atau malu, bahkan pekerjaan saking suksesnya mereka, hehehe! Apalagi ada budaya harakiri segala, gampang putus asa karena mereka kebanyakan bingung soal agama, rasa malu yang luar biasa besar, atau cara mereka menghormati dalam2 tamunya sampai membungkuk setengah badan bahkan bila si tamu adalah orang yang sangat menyebalkan! Intinya nggak easy going banget-lah, kurang cocok dengan gaya saya. Apalagi gaya pekerja kerasnya, hahaha!

Sampai suatu hari saya iseng pinjam film horor Thailand di Odiva. Judulnya 4bia, satu film empat cerita. Film asal Thailand. Ternyata ya ampun, akhirnya setelah pencarian tiada akhir *halah* saya menemukan juga negara penghasil film horor yang cocok dengan selera saya *belagu*. Tapi memang filmnya beda banget. Dimananya yang beda? Saya juga nggak gitu yakin bisa ngejelasinnya, hehehe. Intinya stigma film horor kan kebanyakan setan perempuan, rambut panjang, longdress putih. Nah, yang ini waduh, jauuuuh… dari kesan semua itu. 

Lagian logika ceritanya keterima banget, mulai dari sebab akibat, dan nggak seabsurd setan Indonesia yang tau2 muncul nakutin semua orang, atau setannya Jepang yang saking sakit hatinya membunuh semua orang yang bersentuhan dengannya. Terus cara si setan meneror manusianya juga nggak terlalu berlebihan *tapi suer serem banget!!!*, akting pemainnya bagus2, jauh bangetlah dibanding aktris horor Indonesia hehehe, dan terakhir, budaya Thailand kan nggak jauh2 amat sama kita, jadi tetap berkesan dibanding film horor Barat. Oke, kita coba seleksi satu2 ceritanya ya ;)

Cerita pertama tentang seorang perempuan muda yang terpaksa nggak bisa kemana2 selain tinggal di apartemen gara2 kecelakaan, taxi yang ditumpanginya mendadak terbalik. Saking bosannya, akhirnya ia berkenalan dengan seorang pria via sms. Selama beberapa hari ia ber-sms ria, kesenangan, sampai akhirnya ia ingin bertukar foto. Ia bingung karena si pria ternyata mengirim foto pojok kamar tidurnya. Wuaaa… ternyata oh ternyata! Si pria ternyata adalah roh yang baru saja meninggal beberapa hari lalu. Ibunya membekalinya handphone di peti mayatnya, siapa tahu ia kesepian ia bisa menghubungi siapa saja. Huwaaa…. serem banget! 

Ujung2nya malah makin serem karena ternyata si pria adalah lelaki yang meninggal gara2 ditabrak oleh taxinya si perempuan. Jadi ia ingin mengajak si perempuan untuk meninggal juga. Si perempuan saking ketakutannya saat didatangi si roh pria, jatuh meninggal dari atas balkon apartemennya. Brilian kan? Nggak pernah ada film horor yang ngebahas beginian, taww?!

Cerita kedua nggak terlalu bagus sih, tentang seorang siswa sekolah miskin korban bullying yang mati saat disiksa oleh teman2 sekolahnya yang kaya, terus membalas dendam pakai ilmu hitam. Nggak begitu seram, tapi sadis iya. Ilmu hitamnya berupa buku berisi gambar mata, yang berisi kutukan siapa saja yang melihatnya akan meninggal. Akhirnya gank itu satu persatu2 mati semua dengan cara berbeda, ada yang mati terbakar, terkena pisau, etc. Bahkan ada tersisa satu perempuan, yang bisa hidup dan akhirnya melapor ke polisi karena ia berhasil tidak melihat ke dalam buku dengan cara mencopot kedua matanya, tapi tetap meninggal, lupa saya gimana cara meninggalnya. It’s about karma. Lumayanlah, hehehe!



Cerita ketiga adalah favorit saya. Tentang persahabatan empat pemuda, Ter, Puak, Shin dan Aey, yang kemping di hutan. Malamnya, saat mau tidur, mereka saling berebut tidur di tengah karena takut tidur di pinggir. Salah satunya, Aey, bercanda kalau dia mati dan jadi hantu, dia akan menakuti siapapun yang tidur di tengah. Besoknya mereka arung jeram, dan ternyata perahu terbalik karena arus terlalu kuat. Shin nggak bisa berenang dan ditolong oleh Aey. Shin selamat, malah Aey yang nggak muncul2 ke permukaan. Aey hilang. 

Saat mereka mau tidur, karena ingat perkataan Aey malam sebelumnya mereka jadi berebut tidur di pinggir. Karena nggak ada yang mau mengalah akhirnya mereka tidur dengan posisi segitiga! Huawahahaha! Tapi saat mereka mau terlelap, ternyata Aey malah datang. Huwaaaa… baru deh mulai menakutkan! 

Gaya Aey yang berubah jadi pendiam, menjawab hanya bila ditanya, muka pucat, huwaaa! Terorannya bener2 jempol, deh! Ujung ceritanya yang paling mantab. Ter, Puak dan Shin ingin menunjukkan pada Aey mayatnya sendiri, memberitahu Aey bahwa ia sudah mati dan stop menakut2i mereka. Tapi pas mayatnya dibalik, huwaaa…! Ternyata itu bukan mayat Aey, tapi Ter, dan mereka malah menemukan mayat mereka bertiga, juga Aey. 

Yak, ternyata mereka semua sudah tenggelam dan mati saat perahunya terbalik! Well, filmnya beda banget kan? Selain jalan cerita yang unik, kenapa yang satu ini jadi terfavorit adalah karena filmnya lucu banget! Hahaha, this is the best horror-comedy I’ve ever seen!     

Cerita ketiga menurut saya paling menyeramkan. Berkisah tentang pramugari cantik yang berselingkuh dengan seorang Pangeran. Celakanya si istri Pangeran tahu dan sengaja pergi ke Thailand untuk membereskannya, dengan membooking khusus pesawat tempat si pramugari bekerja dan meminta si pramugarilah yang bertugas. Sendirian! 

Tentu si pramugari diintimidasi habis2an oleh Putri, terutama saat ia mengatakan bahwa di negaranya wanita yang ketahuan berselingkuh akan ditangkap, ditelanjangi, diarak dan dilempar batu sampai mati, kecuali ia meminta maaf pada istri selingkuhannya! Dimana seremnya? Cuman tentang istri yang marah, mungkin begitu yang anda perkirakan. Hehehe, jangan salah, ternyata si Putri tau2 meninggal di hotelnya tempat menginap gara2 keracunan udang. Tentu saja jasad Putri harus dikembalikan ke negaranya. Tebak pesawat mana yang dipakai? Yup, si pramugari! Dan tebak jasad itu ditaruh dimana karena ia anggota kerajaan? Yak, di kabin! Huwaa… sendirian di kabin bersama jenazah sang Putri. Wuaaaaa….serem banget! 

Apalagi ada adegan jenazah lepas dari ikatan kursi, terus kain kafannya lepas, terus jasad menghilang, dengan gaung suara batuk2 di kamar mandi. Makin gilaaaa……! Ujung2nya si pramugari ditemukan tergeletak tewas dengan gaya meminta maaf pada jasad si Putri dan leher terputar 180derajat, persis perkataan Putri kepada si pramugari, tentang hukuman wanita yang berselingkuh! That’s karma.

Nah, berkat 4bhia saya pun memburu film2 horor Thai lainnya. Seperti Alone, terus Shutter yang meskipun film setan Jepang tapi ternyata mengadopsi dari film Thai *nggak tahu judulnya apaan, belum nemu di Odiva*. Terus ada juga film Thai lain yang saya nggak tahu judulnya, tapi sempat saya tonton di penginapan saat tugas ke lapangan. Wuih, serem banget! Ceritanya tentang seorang cewek miskin yang kerjaannya cuman jualan kopi ngebantuin ayahnya tapi punya mimpi jadi aktris. Nah, suatu hari ada polisi yang nawarin jadi aktris, tapi aktris pemeran korban dalam rekonstruksi ulang kejadian pembunuhan di TKP! Hahaha, brilian banget kan idenya. Tentu saja yang jadi setan2nya itu ya korban2 pembunuhan itu, tapi jangan kecele, yang disatronin bukan si aktris.

Suatu hari si aktris mesti jadi seorang pemain film terkenal yang jadi korban pembunuhan *kayaknya itu cerita nyata deh*. Jadi dia betul2 memerankan aktingnya dengan sangat baik sampai2 para penonton mengira hantunya-lah yang datang. Hahaha! Hantu si pemain film sendiri sangat terkesan dan akhirnya melakukan kontak dengan si aktris berdedikasi ini, memberitahu bahwa pembunuh sebenarnya bukanlah si kekasih pemain film. Ceritanya kepanjangan, tapi kok ya nggak ada bosan2nya ngikutin sampai ceritanya benar2 habis. Soalnya jalan cerita nggak bisa ditebak sih, sekali lagi nggak kayak film Indonesia. Saya yang tadinya setuju bahwa film horor mestinya pendek2 karena sebal nonton penampakan setan2 nggak jelas ngagetin sepanjang film, jadi sedikit lega, hehehe, ternyata ada juga film horor panjang yang nggak ngeselin.

Pembunuhnya ternyata sahabat si pemain film, seorang dokter bedah plastik, yang ternyata lesbi dan cinta kepadanya. Tapi arwah penasaran terus mengganggu semua orang, termasuk si polisi. Usut punya usut ternyata itu arwah dari topeng yang dipakai si pemain film dalam filmnya. Topeng itu milik fans si pemain film yang sudah dikutuk. Bayangkan si fans rela membedah seluruh detil2 wajahnya agar mirip si pemain film, hingga akhirnya wajahnya malah jadi sangat menyeramkan! Hiiiiyyy…..!

Nah, minggu lalu ceritanya saya jalan2 ke Odiva dan OMG! Ternyata sekuel 4bia sudah ada! Wiih, ini film sudah saya tunggu2 lama banget. Sudah pasti ini film nggak main di bioskop lokal, nggak heran, hehehe. Meski ternyata film ini nggak sebagus pertamanya, tetap saja masih jauh di atas film2 horor Indonesia. Tapi asyiknya kali ini dalam satu film ada lima cerita! Wkwkwk, puas, puas deh nontonnya.

Cerita pertama adalah Pey yang kena karma jadi hantu kurus raksasa kayak jelangkung, karena nggak sengaja membunuh ayahnya sendiri gara2 ulah nakalnya yang sering melempar batu ke kaca depan mobil2 yang lewat, cuman karena pengen ngambil hape si pemilik mobil! Supaya nggak kena karma, ibunya mengirimkannya ke suatu tempat terpencil, tempat para bhiksu. Mungkin kalau jadi bhiksu karmanya bisa hilang. Tapi karena memang si Pey ini nakal banget, dia malah makan sesajennya Hantu Lapar karena kelaparan pas dididik jadi bhiksu, dan karena itulah dia kena kutuk jadi Hantu Lapar, yang berupa hantu kurus raksasa. Lumayan serem sih, tapi bukan favorit saya.

Cerita kedua cukup membuat saya kecewa. Karena temanya ternyata tema basi film horor, yaitu rumah sakit! Seorang pemuda yang lumayan ganteng, hehehe, kecelakaan dan harus opname. Kebagian kamar dimana dia harus berbagi dengan pasien koma. Si pasien itu adalah tetua suatu aliran agama tertentu di Thailand. Ya, gitu deh, penampakan2nya tetap bikin kaget dan yang bikin surprise adalah endingnya. Ternyata para penganut aliran itu sengaja menempatkan si pemuda di samping si kakek, supaya si kakek bisa mereinkarnasi dirinya ke si pemuda! Wuaaa, serem abis! Reinkarnasi pun sukses karena si perawat dan banyak orang lainnya nggak lain adalah penganut aliran si kakek. Hiiiiyyy…  pokoknya sampai kapanpun saya nggak suka diopname!

Cerita ketiga sangat jelek. Basi juga. Masak sih film horor hari gini masih ngebahas tentang zombie? Tentang sepasang backpacker Jepang yang jalan2 ke Thailand, berhasil menumpang sebuah truk besar dengan supir misterius dan satu penumpang gelisah. Ternyata truk berisi mayat2 yang kemudian jadi zombie mengejar mereka. Semua akhirnya mati digigit zombie. Tapi ada satu unsur menarik di cerita ini. Mayat2 itu ternyata adalah orang2 miskin yang untuk memperoleh uang terpaksa bergabung dengan mafia narkoba sebagai carrier. Ya, supaya nggak gampang terdeteksi oleh scanner, mereka dipaksa membawa narkoba dengan cara menelan bungkusan kecil barang terkutuk itu! Sadiiisss….!

Cerita keempat berkisah tentang seorang ibu kaya pedagang mobil bekas. Ia menjalankan bisnisnya dengan mereparasi mobil2 yang rusak berat akibat kecelakaan. Suatu malam ia mencari anaknya yang hilang saat bermain di parkiran mobil2 bekasnya. Tapi yang ia temui justru hantu2 korban kecelakaan itu. Di ujung cerita saking ketakutannya, ia berniat kabur dengan mobilnya sendiri. Tapi mobil tak kunjung bisa distarter, nggak tahu kenapa, padahal itu Honda CRV terbarunya. Agak lama akhirnya mobil berhasil dinyalakan. Baru jalan sebentar tau2 ia melihat sepatu anaknya di depan mobil. Ia pun stop dan menemukan bahwa sepatu anaknya belepotan darah. Darah pun ia temukan di bawah mobil. Sejurus kemudian ia membuka kap mobil dan apa yang ia temukan??? Huwaaaa…. ia menemukan anaknya tergencet di mobilnya sendiri!! Itulah kenapa mobil barunya susah distarter!!!! Bukannya serem tapi yang satu2 ini bener2 bikin sesak di dada! Mungkin saya bakal gila kalau saya mengalaminya sendiri!!

Cerita terakhir sudah pasti terfavorit. Karena Ter, Puak, Shin dan Aey muncul lagi disini! Hahaha! Kali ini mereka berempat adalah kru film horor. Mereka tengah mensyut adegan terakhir film itu: si aktris hantu harus berjalan merangkak keluar dari kegelapan. Sialnya si aktris sakit parah dan dibawa ke rumah sakit oleh Aey. Sayangnya Aey mendapat kabar dokter bahwa si aktris tak bisa tertolong lagi. 

Sementara di lokasi syuting, kru bingung karena si aktris mendadak muncul dan bersikeras menyelesaikan adegan terakhirnya. Tiga sahabat, Ter, Puak dan Shin curiga kalau si aktris kenapa2, soalnya mukanya begitu pucat dan tingkah lakunya menyeramkan. Shin pun memperoleh kabar dari Aey bahwa si aktris sudah meninggal. Kru film pun heboh, semua kabur meninggalkan lokasi kecuali aktris utama dan si aktris hantu, serta tentu saja, Ter, Puak dan Shin. Huwahahaha! Mereka bertekad menyelesaikan adegan terakhir meski si aktris dicurigai adalah hantu. Ide hantu beneran yang memerankan hantu adalah promosi film yang luar biasa. Saya lupa apakah adegan itu selesai atau tidak, yang pasti sempat ada adegan Ter yang disuruh memeriksa si aktris karena ia nggak keluar2 dari kegelapan. Huwaaaa… serem banget! Hahaha! Ujung2nya mereka kabur dengan mobil dan di tengah jalan menemukan Aey. Sikap Aey yang aneh kembali membuat mereka curiga. Apalagi setelah mereka melewati mobil Aey yang ternyata tertabrak truk. Hahaha!! Tapi Aey bersikeras bukan hantu, ia masih hidup karena mobilnya tertabrak di sebelah penumpang. Hahaha! Semuanya legaaah…!

Mendadak di belakang si aktris hantu tampak mengejar mobil mereka. Huwaaa… tapi mobil nggak bisa distarter. Semua jendela pun langsung ditutup, tapi ada satu jendela belakang yang susah. Hahahaha! Si hantu pun muncul di jendela dengan gaya menakutkan, dan tiba2 ngomong minta antarkan ke rumah sakit! 

Huwahahahaha! Ternyata si aktris belum meninggal. Ia kabur dari rumah sakit karena kepikiran ingin menyelesaikan adegan terakhir. Hahahaha! Lucu bangetlah! Tapi cerita kembali diputar balik, karena pas mereka ketawa2 di tengah jalan di depan mobil mogok bersama si aktris hantu, dari arah depan tiba2 muncul truk besar yang melaju kencang, mereka teriak bersama2 dan selesailah film. Entah apakah mereka selamat atau tidak, apakah mereka jadi hantu sama2, hahaha, tapi saya lebih suka membayangkan kalau si truk berhasil mengerem tepat pada waktunya. Hehehe. Another best horror-comedy I’ve ever seen! :p       

Hehehe, panjang bener yak reviewnya, padahal cuman ngomongin film horor. Pokoknya saya nggak bakalan bosen sama film horor. Meski saya sudah nggak memasukkannya ke dalam daftar film2 yang harus ditonton via boskop, hehehe. Cukup rental Odiva sajalah. Oke, tan? *ngomong sama setan*. Eh ada yang jawab, terserah mbak aja deh *kaboooorrrr…..* =))